Wednesday, June 2, 2010

Menghadapi Anak Yang Bossy

Apakah Anda pernah mendapati anak Anda berperilaku suka memerintah? Semua anak pada dasarnya akan seperti itu. Namun jika perilaku tersebut tidak diatasi maka anak Anda mungkin akan mengalami kesulitan saat dia mencari teman baik di sekolah maupun di rumah. Dan hal ini bisa memicu anak melakukan kekerasan agar bisa mendapat perhatian atau bisa diterima. Berikut ini ada beberapa cara untuk mengatasi anak yang suka memerintah terhadap orangtua, teman atau orang yang lebih tua , sebagai berikut :
1. Jangan memberikan reaksi apapun baik tertawa ataupun memarahinya. Tetaplah tenang dan katakan pada anak Anda untuk mengulangi permintaannya dengan cara yang lebih sopan.
2. Jangan melakukan apapun untuknya jika anak Anda meminta sesuatu. Dengan demikian anak Anda akan mengerti bahwa dirinya bukanlah bos yang bisa memerintah orang sesuka hatinya, terutama kepada orangtua.
3. Awasi kegiatan sosial anak Anda dengan bergabung bersama teman-teman dan orangtua lainnya.
4. Jika anak Anda mau berbagi mainan dengan temannya secara sopan, berilah pujian atas perilaku baiknya tersebut.
5. Jika anak Anda menunjukkan sikap suka memerintah di depan teman-temannya, maka beritahu dia dengan cara membisikkannya bukan memarahinya.
6.Jika anak Anda tetap pada sikapnya setelah diperingati, jauhkan dia dari teman-temannya dan katakan bahwa Anda akan membawanya pulang jika anak Anda tidak berperilaku baik.
7. Mengajak anak Anda bermain permainan yang tidak kompetitif di rumah dan  masuk pada salah satu tim olahraga.
8. Jika anak Anda ditinggalkan oleh teman-temannya, jangan terlalu bersimpati. Sebaliknya cobalah untuk membantunya mengatasi kelakuan tersebut.
9. Buatlah anak Anda terbuka terhadap Anda, sehingga Anda bisa mengetahui apa yang menjadi pemicu perilakunya yang suka memerintah tersebut.

Source : perempuan.com/dan/jawaban.com

Cara Jitu Dalam Bekerjasama Dengan Anak-Anak

Banyak orangtua masa lalu tak punya kecakapan dalam mengasuh anak-anak mereka, sehingga mereka sering menerapkan pola pengasuhan dengan disiplin yang tidak enak dan keras. Hal ini terus berulang dari generasi ke generasi.
Begitu disiplin dipahami secara tepat, maka tak perlu ada rasa sakit, malu, atau takut. Sejak jaman dulu sebenarnya ada orangtua yang secara intuitif tahu sekaligus telah menerapkan prinsip disiplin yang benar, namun nyaris tak pernah diungkapkan secara baik sehingga nyaris tak pernah diketahui serta dipelajari.
Ada tiga cara jitu untuk menghasilkan kerjasama antara Anda dengan anak-anak Anda yang perlu diterapkan dalam kehidupan keluarga Anda agar ada hasil yang baik yang bisa dicapai agar pengasuhan Anda juga pada tempatnya. Ketiga kerjasama itu adalah :
Pencegahan
Makanlah sampai kenyang sebelum bepergian. Berhentilah mengendara secara teratur untuk menyantap makanan ringan. Hindari makanan yang berwarna-warni atau yang mengandung kadar gula tinggi, sekali-sekali boleh. Umumnya anak-anak jadi bersikap terlalu aktif sehingga sulit diatur setelah mereka mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak.
Tentukan waktu untuk setiap hal yang ingin Anda lakukan dan yang ingin keluarga lakukan. Bila Anda mengasuh anak-anak yang baru belajar berjalan, amatlah penting untuk menyederhanakan hidup Anda karena melakukan hal-hal sederhana saja bisa membutuhkan waktu lama. Jadi bersikaplah santai dan nikmati saja semua itu.
Saat bersiap berangkat sekolah, katakan kepada anak-anak untuk berpakaian lebih dahulu baru sarapan, sehingga mereka tidak sarapan tanpa berpakaian ataupun terburu-buru berpakaian (Supaya mereka mau menyantap sarapan, malam harinya sebelum tidur, beri mereka minuman teh yang tidak kental sehingga mereka bangun dengan perut kelaparan.)
Lakukan pekerjaan rumah sehari-hari dengan riang gembira, apalagi diiringi musik yang ringan serta riang. Jadilah orang biasa yang bergembira, tak perlu memaksakan kesempurnaan. Anda hanya punya waktu penuh bersama anak-anak Anda sampai umur lima tahun, setelah itu Anda hanya punya waktu separuhnya sampai mereka berumur 10 tahun atau lebih.
Anak kecil yang sulit diatur biasanya hanya membutuhkan ruang gerak yang lebih leluasa. Tempat bermain yang luas serta berpasir, tempat bermain air, ruang untuk berlarian serta memanjat, semua itu sangat membantu anak dan membuat perubahan perilaku mereka. Anak yang kelelahan karena puas mengeluarkan energinya adalah anak yang penurut.
Pengalihan
“Kau akan Ibu belikan keripik kentang di toko itu asalkan kau mau menurut dan masuk ke mobil sekarang.” Adalah salah satu cara untuk mengalihkan anak dan agar dia mau menurut. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa bosan. Sering kali anak-anak disebut ‘nakal’ hanya karena mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap benar untuk melakukan sesuatu. Bersiaplah untuk ‘mengajari’ dan bukan ‘menyerang’ ketika anak-anak melakukan sesuatu secara tidak benar.
Misalnya saja, seorang anak mengambil banyak makanan sekaligus, hal yang baik untuk dikatakan adalah “Tunggu dulu, kamu belum tanya apakah masih ada yang mau makanan itu. Begini saja, kamu ambil sepotong dulu dan makan itu dulu. Nanti, kalau kamu mau lagi, tanya dulu kepada yang lain apakah mereka masih mau.”
Konfrontasi
Bila semua cara di atas sudah Anda coba tapi anak Anda tetap tak mau menurut, itu berarti anak Anda ingin melakukan konfrontasi. Kadang kala anak-anak senang berkonflik karena ada kebutuhan dalam diri mereka untuk merasakan batas-batas aman sekaligus tegas. Kadang kala juga disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalah seperti mau berbagi, bersikap sabar menunggu, ataupun tidak main pukul.
Apapun masalahnya, ajarkan mereka untuk berdiri diam dan berpikir. Beri pengertian kepada mereka. Maka, akan ada kerjasama yang luar biasa yang akan berlangsung antara hubungan Anda dengan anak-anak Anda.

jawaban.com

Rahasia Agar Anak Anda Disiplin

Disiplin adalah sesuatu yang lucu. Anda baru menyadari perlunya disiplin justru pada saat tak ada disiplin. Begitu banyak orangtua yang pernah mengalami kadang kala anak-anak mereka sulit sekali menurut atau mau mengerti. Tetapi, ada juga orangtua yang nyata-nyata berhasil membuat segala sesuatu berlangsung mulus. Apa rahasianya?
Para orangtua yang berhasil ini memanggil anak-anaknya yang masih kecil, “Ayo, ke sini”, dan anaknya itu langsung menurut, berjalan menghampiri orangtuanya. Anak mereka yang berusia sepuluh tahun menyiapkan dan menghidangkan teh untuk keluarga. Anak remaja mereka menelepon untuk memberitahu mereka akan pulang lebih awal. Hebatnya lagi, mereka bukanlah anak pemalu atau penakut. Mereka anak-anak yang bahagia, optimis, dan tenang.
Bagaimana cara mendidiknya?
Menuruti kemauan anak tidak akan membuat hidup lebih mudah. Orangtua yang tidak tegas dalam menetapkan batas-batas akan mendapati anak-anaknya bertingkah laku semakin tak terkendali. Hal ini bisa membuat Anda serta anak Anda bertengkar dan tak seorang pun senang dengan suasana seperti ini.
Namun, disiplin sebenarnya lebih daripada sekadar itu. Kita menerapkan disiplin pada anak-anak bukan sekadar kepentingan kita, namun tujuan utamanya yaitu melatih anak-anak agar mereka kelak mampu bersikap baik serta bisa mulus dalam menghadapi hidup ini.
Jika Anda sebagai orangtua tidak tegas, maka anak-anak tak akan mampu mengembangkan daya control di dalam dirinya, sehingga mereka tak sanggup mengendalikan diri sendiri dan tetap bersikap seperti anak umur dua tahun.
Akibat dari didikan orangtua
Orangtua yang membiarkan anak-anaknya berlaku semaunya akan membuat mereka tak berdaya dalam menghadapi kenyataan hidupnya kelak. Biasanya, mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak bahagia, lebih sering menganggur, tak berumah tangga, kesepian, mudah tersinggung dan marah, bahkan akan merasakan penjara.
Seorang anak yang dididik untuk mengontrol diri sendiri oleh orangtuanya dengan baik, berarti ia sudah belajar bagaimana menempatkan diri dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga ia tidak mudah terlibat masalah dan menjadi manusia yang bebas dan dewasa.
Agar anak mau bekerjasama
Gunakan teknik “berdiri diam untuk berpikir”. Kedua teknik ini diterapkan mulai saat anak belajar berjalan (toddler), disesuaikan seiring pertumbuhan anak serta bisa terus diterapkan sampai anak menginjak dewasa.
Saat anak Anda tidak mau menuruti permintaan Anda untuk menjauh dari kabel ataupun dari kompor misalnya, walau sudah Anda bilang berkali-kali, Anda dapat menggendong anak Anda dari belakang dan letakkan di suatu pojok ruangan, dimana pojok itu tidak terdapat benda apapun.
Mungkin anak Anda akan melakukan berbagai ulah, mungkin membuatnya kaget dan tersinggung, namun lama kelamaan dia akan menyerah. Bilang padanya, “Kalau kau sudah bisa tenang kembali, baru kau boleh pindah dari tempat ini.” Lalu tanyakan, “Nah, kau mau menuruti kata-kataku untuk menjauh dari kabel tersebut?” Ketika sang anak berusia dua setengah tahun, ia akan segera menuruti orangtuanya yang memerintahkannya masuk ke tempat pojok untuk berpikir itu. Ketika usianya lima tahun, ia sudah belajar memikirkan dan menimbang segala tindakannya, menghargai perasaan orang-orang lain di sekitarnya tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bocah umur lima tahun yang gembira, lincah dan apa adanya.
Bila Anda merasa kehilangan kendali diri, urungkan dulu keinginan untuk mengurusi anak Anda, cukup suruh anak Anda masuk ke kamarnya dan menyuruhnya diam di sana sampai Anda tenang kembali. Anak Anda tentu akan menuruti perintah Anda (walau dengan mengomel, misalnya) karena ia tahu ia tak punya pilihan lain dan tahu bahwa urusan itu tak akan berlangsung lama serta bukan sesuatu yang besar. Ia akan tahu bahwa memang begitulah cara menyelesaikan masalah. Dalam hal ini yang penting adalah mengarahkan anak agar ia mampu menemukan solusi yang bisa diterima oleh semuanya.

Source : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3/jawaban.com

TTM : Tegas Tapi Mencintai

Ada saatnya anak Anda berubah dari anak kecil yang menimbulkan rasa sayang meskipun ia selalu meminta ini itu menjadi anak yang sulit diatur dan jarang bisa diam. Munculnya berbagai ‘kenakalan’ anak-anak saat berusia sekitar satu setengah tahun sampai dua tahun, bisa membuat cemas orangtua yang menginginkan segala berjalan mulus dan menyenangkan. Untuk itulah, Anda perlu ketegasan tapi penuh cinta dalam mendidik mereka.
Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengubah sikap mental. Setelah delapan belas bulan sebelumnya Anda berusaha membuat anak Anda selalu gembira, kini saatnya menyadari perubahan keadaan yang tiba-tiba terbalik, memaksa diri Anda sendiri untuk membuat anak-anak tidak lagi selalu gembira. Kenapa?
Karena biasanya anak-anak itu ‘memudahkan’ Anda untuk menerapkan ketegasan berlandaskan cinta seperti misalnya membongkar lemari es, memanjat pohon, mengotori tembok atau mencoret-coret kursi, lemari, atau apapun yang dapat mengundang perhatian Anda.
Dalam hal ini, tegaslah pada anak Ana sekalipun sebenarnya apa yang mereka lakukan tidak masalah bagi Anda. Hal ini dibutuhkan agar ia menjadi teguh dan memiliki tujuan yang jelas saat beranjak dewasa.
Masalahnya, kadang kala kita ingin menempuh jalan keluar yang mudah, tapi justru jalan keluar yang mudah itulah yang membuat anak-anak merasa bisa meminta lebih banyak lagi, semakin sering mengeluh, dan merengek semakin keras.
Cobalah melihatnya dari sudut pandang seorang anak kecil berusia dua tahun. Selama tahun pertama kehidupannya, ia terbiasa menjadi satu-satunya pusat perhatian. Ia terbiasa mendapat apa yang ia mau. Kemudian bentuk keinginannya semakin beragam dan semakin ganjil. Ia tak mau lagi sekadar disuapi, dipeluk, dicium, dan diganti pakaian kotornya. Ia mencampur semua shampoo dan kondisioner sehingga lantai kamar mandi licin, ia ingin bermain di keramaian lalu lintas, Anda harus menghentikannya, demi kebaikannya sendiri.
Bayi
Bayi belum butuh disiplin. Umurnya baru empat bulan dan dia belum bisa merangkak. Dia terkekeh saja mendengar bunyi lucu yang keluar dari mainannya, dan ia menarik apa saja ke arahnya. Ia juga sering menangis karena begitulah cara bayi normal mengkomunikasikan segala kebutuhannya. Bayi memang bisa sangat merepotkan, tapi itu bukan karena ia nakal, tapi semata-mata mencoba memberitahu Anda apa yang sedang ia butuhkan. Bayi tak butuh disiplin, ia butuh banyak pengertian. Dan dalam kaitannya dengan bayi, yang paling dibutuhkan orangtua adalah tidur.
Anak yang baru bisa berjalan
Akhirnya sang bayi bisa merangkak kemudian berjalan, mondar mandir dengan penuh gairah sambil meraih dan menarik benda apa pun yang mereka lihat, menyelinap ke sela-sela ruang sempit. Bisa dikatakan sepertiga rumah Anda menjadi wilayah kekuasaannya.
Anak yang baru bisa berjalan juga bisa memanfaatkan sejumlah kata sakti yang langsung bisa memberinya apa yang ia inginkan, “Tutu!”, “Endong”, “Maem”. Anak Anda mulai melakukan hal yang yang tidak mungkin Anda biarkan. Dia akan selalu mencoba berjalan menuju suatu tempat yang terlarang baginya, lalu memandang ke arah Anda dengan senyum jahil, sebab pada dasarnya ia menghendaki ada yang melarangnya. Itu merupakan pesan tak sadar yang meminta batasan-batasan yang dia perlukan dari orangtuanya. Kelakuan ini bukan murni pembangkangan (sekalipun ada juga yang demikian).
Anak usia presekolah dan yang lebih tua
Anak-anak ini akan sering mengungkapkan secara langsung apa yang ada dalam pikirannya. Dengarkan pendapatnya, apa yang ia rasakan atau butuhkan. Kalau ia mengemukakan pendapat yang benar, tentu itu bagus sekali. Namun apa yang ia inginkan itu tidak selalu bisa dipenuhi, karena belum tentu semuanya benar.
Remaja
Remaja kerap membutuhkan orang lain terutama orangtuanya untuk campur tangn, termasuk menegur mereka. Dalam bentuk apapun, kekerasan fisik terhadap remaja tidak dapat dibenarkan.
Seorang remaja bersikap layaknya bayi yang baru lahir. Ia bisa jadi pelupa, tak teratur, dan seenaknya serta bertingkah seperti ‘bukan keturunan orangtuanya’. Namun, remaja tiga belas tahun mudah mempercayai orang lain dan berbela rasa, inilah kesempatan yang sangat baik untuk mendekatkan diri dengan mereka. Remaja usia empat belas tahun bisa bersikap seperti bocah berusia dua tahun yang sangat emosional, selalu mencoba melanggar batas, ingin bergelut dengan Anda dan ingin Anda balas bergelut. Sedapat mungkin jangan mengabaikannya. Mereka perlu belajar bertanggung jawab dan bersikap hati-hati, inilah saat puncak bagi Anda sebagai orangtua untuk memberi masukan.
Nikmatilah setiap saat dalam masa-masa ini. Anak-anak bertumbuh dari bayi menjadi dewasa, mempunyai cara penerapan belajar yang berbeda-beda.

Source : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3/jawaban.com