Saya senang mengumumkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak keluarga yang memiliki niat untuk membuat acara makan malam bersama keluarganya. Inilah tujuh alasan mengapa makan malam bersama keluarga menjadi satu kegiatan yang amat bermanfaat :
1. Anak-anak yang hidup dalam keluarga yang melakukan makan malam bersama biasanya lebih sedikit terlibat dalam perilaku beresiko. Berdasarkan pada 2000 studi yang telah dilakukan oleh National Center on Addiction and Substance Abuse (lembaga Nasional Pusat Kecanduan dan Penyalahgunaan Obat) di Universitas Colombia AS, anak-anak yang tidak melakukan makan malam dengan keluarganya 61% lebih cenderung terlibat pemakaian alcohol, rokok atau pemakaian obat terlarang. Kontrasnya, anak-anak yang melakukan makan malam dengan keluarganya setiap malam sepanjang minggu 20% lebih sedikit terlibat dalam mabuk-mabukan, rokok, atau memakai obat-obatan terlarang.
2. Keluarga yang makan malam bersama biasanya lebih punya hubungan yang kuat dan lebih bahagia. Kala keluarga berjuang menemukan sejumlah kuantitas dan kualitas dari waktu kebersamaan mereka, keluarga yang makan malam bersama secara otomatis menyediakan kesempatan bagi keduanya, baik kualitas maupun kuantitas. Ketika keluarga keluar bersama dan berkomunikasi, mereka bertumbuh semakin kuat dan sehat.
3. Keluarga yang makan malam bersama secara berkala membangun identitas keluarga yang lebih kuat. Makan bersama menciptakan terbangunnya identitas keluarga. Sebagai tambahan, rutinitas keluarga ini menyediakan satu perasaan stabilitas dan keamanan yang memberikan pada anak lingkungan positif dimana mereka dapat bertumbuh menjadi orang dewasa yang sehat.
4. Keluarga yang makan malam bersama biasanya dapat menjaga hubungan satu sama lain. Setiap orang - anak-anak dan orang tua - dapat menjaga hubungan dengan bertukar informasi terbaru selama acara makan malam keluarga dalam hal masalah sekolah, pekerjaan, kehidupan keluarga dan pertemanan.
5. Makan malam keluarga yang rutin menyediakan kesempatan alami untuk merencanakan sesuatu dan menyelesaikan masalah. Menjadwal waktu pertemuan keluarga secara khusus untuk mendiskusikan rencana, kebutuhan, dan menyelesaikan persoalan dapat menjadi hal yang sulit. Saat makan malam, keluarga dapat menemukan solusi alami untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut.
6. Makan malam secara berkala membantu proses belajar. Ketika keluarga yang melakukan makan malam bersama terlibat dalam berbagai topic pembicaraan, terjadi dukungan terhadap proses belajar. Anak-anak yang terekpos dengan diskusi keluarga yang rutin akan belajar memahami perbendahaan kalimat yang lebih luas.
7. Anak-anak biasanya menerima nutrisi yang lebih baik ketika makan malam secara rutin dengan keluarganya. Sederhana sekali, namun ini merupakan kebenaran yang sesungguhnya dalam penerapan sehari-hari : ketika anak-anak makan malam dengan keluarganya, mereka makan dengan lebih baik. Waktu makan malam keluarga artinya anak-anak cenderung memakan makanan yang secara nutrisi lebih seimbang, lebih rendah kadar gula dan lemaknya, dibanding jika mereka menyiapkan atau membeli makanannya sendiri.
Friday, May 7, 2010
Anakku Doyan Jajan
Anak adalah permata hati buah cinta kasih. Kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga mempunyai kebahagian tersendiri. Untuk membahagiakannya,terkadang apa saja dilakukan orang tua, termasuk memberikan uang jajan yang berlebihan. Akibatnya anak berprilaku konsumtif.
Bagi orangtua yang berekonomi menengah ke atas, tentu tidak masalah jika anaknya hobi jajan. Tapi, bagi mereka yang berpenghasilan pas pasan tentu jadi masalah. Parahnya lagi, kalau si anak sudah berani minta uang buat jajan pada orang lain atau mengambil uang orang tuanya. Kalau hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan kebiasaan seperti ini akan terbawa bawa saat ia remaja atau dewasa.
Kebiasaan anak jajan di luar rumah mungkin saja, karena apa yang disajikan di rumah tidak menarik baginya. Kebiasaan mengemil turut juga mendukung anak untuk jajan. Selain itu, anak bisa saja meniru sifat orang tuanya yang "royal" belanja. Apalagi kalau orang tuanya terbiasa memberikan uang yang cukup banyak pada anak dan gampang menuruti keinginan anaknya.
Susahnya, kalau ada campur tangan orang lain. Bisa saja orang tua mengerti tentang bahayanya si tukang jajan. Tapi mungkin keluarga terdekat tidak, misalnya neneknya, tante dan orang lain yang memberinya uang, agar anak merasa senang atau nyaman berdekatan dengan mereka, inilah salah satu kesempatan bagi anak untuk berlaku konsumtif . Karenanya, pihak orang tua tidak perlu sungkan untuk mengingatkan siapapun, termasuk seluruh anggota keluarga untuk mendidik anak agar tidak berlaku konsumtif.
Selain faktor di atas peran iklan cukup besar memberikan pengaruh terhadap jajan si anak. Apalagi untuk saat ini, iklan jajanan anak anak begitu bombastisnya muncul dilayar televisi. Program tersebut dikhawatirkan membuat anak akan berlaku konsumtif. Orang tua juga disarankan agar jangan menjadikan supermarket sebagai tempat hiburan dan pelarian. Kasihan anak sudah melihat tapi tidak membeli.
Lantas, untuk menghindari anak tidak merengek membelikan sesuatu bolehkah orang tua mengatakan tidak punya uang? Sebaliknya jangan mengatakan itu, sebab begitu anak tahu orang tua punya uang, secara tidak langsung telah mendidik anak untuk berbohong. Gunakanlah bahasa yang sederhana, tapi jangan membohongi anak. Jangan pula terlalu mengekang anak, hal ini nantinya dikhawatirkan akan berdampak negatif. Karena orang tuanya tidak memberikan uang, bisa saja si anak mengambil uang milik temannya.
Anak yang kecanduan jajan tidak hanya membahayakan kedua orang tua, tapi juga masa depan si anak. Jajanan di luar tidak selamanya menjamin kesehatan. Perlu disosialisasikan bahwa makanan bergizi lebih baik dari pada makanan menarik. Jangan biasakan anak berlaku boros.
Cara Mengatasi
Pertama, usahakan membuat penganan sendiri yang sederhana setiap hari.
Kedua,sering berdialog dengan anak tentang efek buruk sikap konsumtif.
Ketiga,dampingi mereka ketika melihat tayangan iklan di televisi tentang beragam makanan.
Keempat,kalaupun memberikan uang jajan kepada anak berikanlah sepantasnya. Arahkan untuk tidak membeli makanan yang kurang terjamin kebersihannya maupun gizinya.
Kelima, berilah pujian terhadap anak yang disiplin dan tidak membelanjakan uangnya untuk membeli jajanan yang dilarang orang tua.
Keenam, giatkan budaya menabung dalam keluarga dan berilah penghargaan yang pantas bagi anak yang rajin menabung.
Ketujuh, tidak ada salahnya memperlihatkan anak-anak yang sakit akibat kekurangan gizi atau mengkonsumsi makanan pabrik secara berlebihan (mungkin lewat bacaan-bacaan atau tontonan).
Kedelapan, jangan menjadikan supermarket sebagai tempat hiburan bagi anak. Jadikanlah perpustakaan atau toko buku sebagai tempat hiburan agar mereka gemar membaca.
Pada akhirnya, perlu diketahui bahwa anak-anak mengkonsumsi jajanan itu tidak hanya sebulan atau dua bulan, namun bertahun-tahun mungkin selama bersekolah di tempat tersebut atau dilingkungan rumah. Jadi, sangat penting sekali untuk membatasi jajanan anak. Dari penelitian BPOM diketahui, sebagian besar penganan yang dijajakan untuk anak-anak mengandung bahan-bahan berbahaya seperti pewarna, pengawet, dan pemanis buatan. Untuk pemanis buatan, relatif tak berbahaya. Namun, anak-anak membutuhkan energi yang berasal dari gula alami bukan diganti dengan gula lainnya. Jika Anda bijak, sebagai orang tua jangan ragu mengatakan, "tidak" atau "jangan" kepada anak. Kata-kata itu hendaknya disertai alasan yang masuk akal
Bagi orangtua yang berekonomi menengah ke atas, tentu tidak masalah jika anaknya hobi jajan. Tapi, bagi mereka yang berpenghasilan pas pasan tentu jadi masalah. Parahnya lagi, kalau si anak sudah berani minta uang buat jajan pada orang lain atau mengambil uang orang tuanya. Kalau hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan kebiasaan seperti ini akan terbawa bawa saat ia remaja atau dewasa.
Kebiasaan anak jajan di luar rumah mungkin saja, karena apa yang disajikan di rumah tidak menarik baginya. Kebiasaan mengemil turut juga mendukung anak untuk jajan. Selain itu, anak bisa saja meniru sifat orang tuanya yang "royal" belanja. Apalagi kalau orang tuanya terbiasa memberikan uang yang cukup banyak pada anak dan gampang menuruti keinginan anaknya.
Susahnya, kalau ada campur tangan orang lain. Bisa saja orang tua mengerti tentang bahayanya si tukang jajan. Tapi mungkin keluarga terdekat tidak, misalnya neneknya, tante dan orang lain yang memberinya uang, agar anak merasa senang atau nyaman berdekatan dengan mereka, inilah salah satu kesempatan bagi anak untuk berlaku konsumtif . Karenanya, pihak orang tua tidak perlu sungkan untuk mengingatkan siapapun, termasuk seluruh anggota keluarga untuk mendidik anak agar tidak berlaku konsumtif.
Selain faktor di atas peran iklan cukup besar memberikan pengaruh terhadap jajan si anak. Apalagi untuk saat ini, iklan jajanan anak anak begitu bombastisnya muncul dilayar televisi. Program tersebut dikhawatirkan membuat anak akan berlaku konsumtif. Orang tua juga disarankan agar jangan menjadikan supermarket sebagai tempat hiburan dan pelarian. Kasihan anak sudah melihat tapi tidak membeli.
Lantas, untuk menghindari anak tidak merengek membelikan sesuatu bolehkah orang tua mengatakan tidak punya uang? Sebaliknya jangan mengatakan itu, sebab begitu anak tahu orang tua punya uang, secara tidak langsung telah mendidik anak untuk berbohong. Gunakanlah bahasa yang sederhana, tapi jangan membohongi anak. Jangan pula terlalu mengekang anak, hal ini nantinya dikhawatirkan akan berdampak negatif. Karena orang tuanya tidak memberikan uang, bisa saja si anak mengambil uang milik temannya.
Anak yang kecanduan jajan tidak hanya membahayakan kedua orang tua, tapi juga masa depan si anak. Jajanan di luar tidak selamanya menjamin kesehatan. Perlu disosialisasikan bahwa makanan bergizi lebih baik dari pada makanan menarik. Jangan biasakan anak berlaku boros.
Cara Mengatasi
Pertama, usahakan membuat penganan sendiri yang sederhana setiap hari.
Kedua,sering berdialog dengan anak tentang efek buruk sikap konsumtif.
Ketiga,dampingi mereka ketika melihat tayangan iklan di televisi tentang beragam makanan.
Keempat,kalaupun memberikan uang jajan kepada anak berikanlah sepantasnya. Arahkan untuk tidak membeli makanan yang kurang terjamin kebersihannya maupun gizinya.
Kelima, berilah pujian terhadap anak yang disiplin dan tidak membelanjakan uangnya untuk membeli jajanan yang dilarang orang tua.
Keenam, giatkan budaya menabung dalam keluarga dan berilah penghargaan yang pantas bagi anak yang rajin menabung.
Ketujuh, tidak ada salahnya memperlihatkan anak-anak yang sakit akibat kekurangan gizi atau mengkonsumsi makanan pabrik secara berlebihan (mungkin lewat bacaan-bacaan atau tontonan).
Kedelapan, jangan menjadikan supermarket sebagai tempat hiburan bagi anak. Jadikanlah perpustakaan atau toko buku sebagai tempat hiburan agar mereka gemar membaca.
Pada akhirnya, perlu diketahui bahwa anak-anak mengkonsumsi jajanan itu tidak hanya sebulan atau dua bulan, namun bertahun-tahun mungkin selama bersekolah di tempat tersebut atau dilingkungan rumah. Jadi, sangat penting sekali untuk membatasi jajanan anak. Dari penelitian BPOM diketahui, sebagian besar penganan yang dijajakan untuk anak-anak mengandung bahan-bahan berbahaya seperti pewarna, pengawet, dan pemanis buatan. Untuk pemanis buatan, relatif tak berbahaya. Namun, anak-anak membutuhkan energi yang berasal dari gula alami bukan diganti dengan gula lainnya. Jika Anda bijak, sebagai orang tua jangan ragu mengatakan, "tidak" atau "jangan" kepada anak. Kata-kata itu hendaknya disertai alasan yang masuk akal
Bicara Pada Anak Tentang Hal-hal Sulit
Adalah cukup sulit untuk orang dewasa untuk mengerti tentang kesulitan dalam kehidupan - penyakit, perceraian dan kematian. Namun cobalah menjelaskan hal itu pada anak-anak. Itu mungkin menjadi tantangan yang jauh lebih besar bagi orang tua.
Apa yang anda katakan pada anak kecil yang kuatir tentang mengapa angin badai bisa membunuh begitu banyak orang dan membuat banyak orang kehilangan rumah? Bagaimana anda menjelaskan tentang penderitan berjuta-juta anak-anak di Afrika yang menjadi yatim piatu akibat serangan wabah AIDS? Apa cara terbaik untuk menenangkan seorang anak yang terperangkap dalam desing peluru peperangan?.
Bruce Bickel dan Stan Jantz, penulis buku yang baru dirilis God In the Hard Stuff (Barbour Publising) mengetahui betapa sulitnya bicara pada anak-anak tentang masalah-masalah sulit yang ada dalam kehidupan. Dan mereka berpikir mereka harus punya sejumlah saran praktis yang bisa menolong.
Bickel mengatakan : "Anak-anak menginginkan jawaban penuh kejujuran yang dapat menolong membuat masuk akal tentang penderitaan di dunia. Hal terburuk yang kita sebagai orang dewasa lakukan ialah menghindari pembicaraan itu, berharap anak-anak mengalihkan pembicaraan pada pokok lainnya".
Jantz menambahkan : "Hampir semua orang dewasa dapat bergulat dengan isu yang sukar sepanjang waktu dan dapat memelihara kehidupan secara normal. Namun anak-anak kemungkinan tidak dapat bergerak hingga pertanyaan merea terjawab".
Bickel dan Jantz datang dengan sejumlah ceklist dimana orang tua (dan siapapun yang bekerja dengan anak kecil) dapat memakainya ketika berbicara dengan anak-anak tentang masalah yang sulit dalam kehidupan dan tentang penderitaan yang bisa diakibatkannya. Apakah topiknya tentang bencana alam yang baru terjadi atau kematian hewan peliharaan keluarga, prinsip ini akan menolong memberi kerangka pada pembicaraan.
1. Pastikan anda memiliki pemahaman spiritual yang benar tentang penderitaan
Sebelum anda dapat merespon pada pertanyaan anak-anak tentang penderitaan, anda perlu mengerti bagaimana penderitaan pantas bagi dunia, yang lebih penting, bagaimana penderitaan bisa selaras dengan rencana Tuhan bagi dunia. Jika seorang anak sudah diajar bahwa Tuhan mengasihi mereka, anak-anak mungkin ingin tahu mengapa Tuhan yang Pengasih itu membiarkan hal buruk terjadi di dunia ini.
2. Tentukan tingkatan ketertarikan anak
Sebelum anda mulai menawarkan penjelasan dan pemahaman terhadap isu tersebut, pastikan anda mengetahui tingkatan ketertarikan anak. Seorang anak yang lebih muda yang menginginkan jawaban sederhana mungkin akan pusing jika anda mencoba mengatakan penjelasan yang terlalu rumit.
3. Titik beratkan Kedaulatan Tuhan (namun jangan pakai kata-kata "Kedaulatan")
Jika seorang anak ditanyai pertanyaan tentang penderitaan, jangan terlalu cepat untuk memperkenalkan konsep kedaulatan Tuhan. Seorang anak bisa mengalami kesulitan oleh masalah di dunia ketika kelihatannya Tuhan tidak peduli kebutuhan untuk memberi jaminan bahwa Dia masih memegang kendali. Hanya karena Tuhan mengijinkan hal-hal itu terjadi, bukan berarti Dia tidak mampu atau tidak bersedia untuk menolong kita.
4. Bawalah cara pandang kekekalan dalam percakapan
Adalah penting untuk berbicara pada anak-anak tentang Surga, bukan seperti menceritakan kisah peri dalam dongeng, namun sebagai rumah abadi yang Tuhan telah siapkan bagi mereka. Jika seorang anak mengerti bahwa ada lebih banyak yang harus dihidupi disbanding kesulitaan saat ini, dia akan lebih baik dalam memperlengkapi dirinya untuk menangani masalah
5. Menjalani penderitaan anda melalui cara pandang yang pantas
Anak memiliki kemampuan untuk mengerti dan tanggap yang luar biasa. Jika mereka merasa bahwa anda tidak meletakkan pergumulan anda pada sudut pandang yang bersifat kekekalan, mereka akan kurang mendengarkan apa yang anda katakan. Apakah anda telah mempercayakan beban dan pencobaan yang anda alami pada Tuhan? Apakah anda percaya pada Tuhan untuk hasil akhirnya?. Iman anda pada kedaulatan Tuhan yang mencintai anda akan memberi ketenangan pada anak-anak anda.
Ini bukanlah isu yang mudah ditangani - tidak untuk orang dewasa, apalagi untuk anak-anak. Namun mereka perlu dijelaskan, karena penderitaan adalah bagian dari dunia ini. Penulis buku ini mengatakan : "Penderitaan dalam segala hal adalah sulit, namun itu bukanlah sesuatu yang harus membuat anda malu. Pada kenyataannya, mereka yang menderita akan mendapatkan cara pandang terhadap kehidupan dan memberi penghargaan dan pujian pada Tuhan yang tidak dimiliki orang lainnya".
Apa yang anda katakan pada anak kecil yang kuatir tentang mengapa angin badai bisa membunuh begitu banyak orang dan membuat banyak orang kehilangan rumah? Bagaimana anda menjelaskan tentang penderitan berjuta-juta anak-anak di Afrika yang menjadi yatim piatu akibat serangan wabah AIDS? Apa cara terbaik untuk menenangkan seorang anak yang terperangkap dalam desing peluru peperangan?.
Bruce Bickel dan Stan Jantz, penulis buku yang baru dirilis God In the Hard Stuff (Barbour Publising) mengetahui betapa sulitnya bicara pada anak-anak tentang masalah-masalah sulit yang ada dalam kehidupan. Dan mereka berpikir mereka harus punya sejumlah saran praktis yang bisa menolong.
Bickel mengatakan : "Anak-anak menginginkan jawaban penuh kejujuran yang dapat menolong membuat masuk akal tentang penderitaan di dunia. Hal terburuk yang kita sebagai orang dewasa lakukan ialah menghindari pembicaraan itu, berharap anak-anak mengalihkan pembicaraan pada pokok lainnya".
Jantz menambahkan : "Hampir semua orang dewasa dapat bergulat dengan isu yang sukar sepanjang waktu dan dapat memelihara kehidupan secara normal. Namun anak-anak kemungkinan tidak dapat bergerak hingga pertanyaan merea terjawab".
Bickel dan Jantz datang dengan sejumlah ceklist dimana orang tua (dan siapapun yang bekerja dengan anak kecil) dapat memakainya ketika berbicara dengan anak-anak tentang masalah yang sulit dalam kehidupan dan tentang penderitaan yang bisa diakibatkannya. Apakah topiknya tentang bencana alam yang baru terjadi atau kematian hewan peliharaan keluarga, prinsip ini akan menolong memberi kerangka pada pembicaraan.
1. Pastikan anda memiliki pemahaman spiritual yang benar tentang penderitaan
Sebelum anda dapat merespon pada pertanyaan anak-anak tentang penderitaan, anda perlu mengerti bagaimana penderitaan pantas bagi dunia, yang lebih penting, bagaimana penderitaan bisa selaras dengan rencana Tuhan bagi dunia. Jika seorang anak sudah diajar bahwa Tuhan mengasihi mereka, anak-anak mungkin ingin tahu mengapa Tuhan yang Pengasih itu membiarkan hal buruk terjadi di dunia ini.
2. Tentukan tingkatan ketertarikan anak
Sebelum anda mulai menawarkan penjelasan dan pemahaman terhadap isu tersebut, pastikan anda mengetahui tingkatan ketertarikan anak. Seorang anak yang lebih muda yang menginginkan jawaban sederhana mungkin akan pusing jika anda mencoba mengatakan penjelasan yang terlalu rumit.
3. Titik beratkan Kedaulatan Tuhan (namun jangan pakai kata-kata "Kedaulatan")
Jika seorang anak ditanyai pertanyaan tentang penderitaan, jangan terlalu cepat untuk memperkenalkan konsep kedaulatan Tuhan. Seorang anak bisa mengalami kesulitan oleh masalah di dunia ketika kelihatannya Tuhan tidak peduli kebutuhan untuk memberi jaminan bahwa Dia masih memegang kendali. Hanya karena Tuhan mengijinkan hal-hal itu terjadi, bukan berarti Dia tidak mampu atau tidak bersedia untuk menolong kita.
4. Bawalah cara pandang kekekalan dalam percakapan
Adalah penting untuk berbicara pada anak-anak tentang Surga, bukan seperti menceritakan kisah peri dalam dongeng, namun sebagai rumah abadi yang Tuhan telah siapkan bagi mereka. Jika seorang anak mengerti bahwa ada lebih banyak yang harus dihidupi disbanding kesulitaan saat ini, dia akan lebih baik dalam memperlengkapi dirinya untuk menangani masalah
5. Menjalani penderitaan anda melalui cara pandang yang pantas
Anak memiliki kemampuan untuk mengerti dan tanggap yang luar biasa. Jika mereka merasa bahwa anda tidak meletakkan pergumulan anda pada sudut pandang yang bersifat kekekalan, mereka akan kurang mendengarkan apa yang anda katakan. Apakah anda telah mempercayakan beban dan pencobaan yang anda alami pada Tuhan? Apakah anda percaya pada Tuhan untuk hasil akhirnya?. Iman anda pada kedaulatan Tuhan yang mencintai anda akan memberi ketenangan pada anak-anak anda.
Ini bukanlah isu yang mudah ditangani - tidak untuk orang dewasa, apalagi untuk anak-anak. Namun mereka perlu dijelaskan, karena penderitaan adalah bagian dari dunia ini. Penulis buku ini mengatakan : "Penderitaan dalam segala hal adalah sulit, namun itu bukanlah sesuatu yang harus membuat anda malu. Pada kenyataannya, mereka yang menderita akan mendapatkan cara pandang terhadap kehidupan dan memberi penghargaan dan pujian pada Tuhan yang tidak dimiliki orang lainnya".
Menumbuhkan PD Anak Dengan Kegiatan Keluarga
Kegiatan bersama dalam keluarga dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan rasa aman pada anak Anda yang akan berdampak seumur hidupnya. Anda mungkin sudah memiliki waktu untuk melakukan kegiatan sederhana, seperti waktu mandi, rutinitas tidur, dan makan malam keluarga. Atau bahkan menikmati hari libur tertentu atau pada hari ulang tahun.
Pada intinya kegiatan keluarga harus menyenangkan. Berikut ini adalah lima cara sederhana untuk menikmati kegiatan keluarga Anda :
1. Berbagi makan. Sangat menyenangkan jika seluruh keluarga bisa berkumpul dan duduk di satu meja untuk makan. Makan bersama sering kali menjadi saat yang tepat untuk berinteraksi dengan anak-anak Anda. Ciptakan suasana yang menyenangkan ketika Anda dan anak Anda berada di meja makan.
2. Jalan-jalan. Ajaklah anak Anda berjalan-jalan setelah makan malam. Ketika anak Anda bertumbuh dewasa, Anda harus kreatif memilih tempat untuk berjalan-jalan.
3. Membuat acara mingguan di rumah. Tentukan satu hari sebagai hari keluarga dan melakukan apa pun sesuai selera Anda dan anak-anak Anda.
4. Menikmati tamasya mingguan bersama. Ini bisa berupa makan malam sederhana, piknik di taman, bersepeda, rollerskating, bowling, atau perjalanan akhir pekan ke pasar petani atau pasar loak setempat. Fokuslah untuk bersenang-senang bersama anak-anak Anda.
5. Berkumpul bersama-sama dengan keluarga lain. Ajak anak Anda untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar rumah Anda sehingga anak Anda belajar untuk bersosialisasi.
Source : shine.com/dan
Kebersamaan Sebagai Penyubur Cinta
Bila Anda jenis tipe pekerja yang berangkat kerja jam 07.30 pagi atau kurang dan sampai di rumah jam 19.30 malam atau lebih, bagaimana Anda bisa mempunyai waktu dengan bayi Anda. Kecil kemungkinan bagi Anda untuk bisa menjalankan peran sebagai orangtua dengan baik.
Satu ramuan dasar bagi tersajinya cinta yaitu kebersamaan. Kalau Anda jarang berada bersama anak-anak Anda, sesering apapun Anda mengatakan kepada mereka bahwa Anda mencintai mereka, maka kata-kata Anda itu akan diterima sebagai kebohongan.
Juga tak mungkin bagi Anda untuk bisa memperoleh waktu yang berkualitas bersama anak-anak dengan cara mengatur mereka, menyuruh mereka melakukan segala sesuatu sesuai jadwal. Hal ini sama seperti seorang perempuan yang suaminya tiba-tiba meletakkan koran atau mematikan televisi pada jam setengah sepuluh malam kemudian mengajaknya bercumbu di tempat tidur padahal sepanjang sore tak mengacuhkan dirinya, maka Anda akan tahu apa yang dirasakan anak-anak ketika orangtua dengan seenaknya menerapkan ‘waktu yang berkualitas’!
Jadi bagaimana caranya? Satu langkah yang mudah namun bisa memiliki waktu yang istimewa bersama anak-anak yaitu makan bersama keluarga setiap hari – bisa makan malam atau bahkan sarapan, JANGAN menyalakan televisi atau radio.
Secara umum, anak menakar seberapa besar nilai dirinya berdasarkan seberapa senang Anda saat ia ada bersama Anda. Bayi atau anak yang baru belajar berjalan seharusnya merasakan hal yang demikian itu. Jangan memahaminya sebagai keadaan bahwa ia adalah ‘bos’ tapi bahwa segala kebutuhannya mendapat perhatian besar dan terpenuhi. Semakin bertambah usianya semakin berkurang kebutuhannya itu, namun tetap berperan sampai ia menginjak usia belasan tahun.
Untuk memperbesar kapasitas cinta dan suasana positif dalam keluarga Anda adalah dengan ‘hidup’ pada saat ini. Apa maksudnya? Anda ingat ketika Anda masih kecil, Anda tidak memikirkan apapun kecuali apa yang ingin Anda lakukan hari itu, saat itu? Sama seperti anak Anda, hidup adalah saat ini. Saat nanti masih sangat jauh sehingga tak terpikirkan oleh mereka. Anak-anak hidup untuk hari ini! Orang dewasa bisa bersikap demikian asalkan mereka bersikap kalem, tidak terburu-buru, menikmati saat-saat itu tanpa kuatir tentang kerjaan lain yang harus dilakukan.
Jika pikiran Anda lari kemana-mana, saat Anda sedang bersama keluarga Anda, hal yang harus Anda lakukan adalah membawanya ‘pulang’. Otak kita ‘berlarian’ terus karena :
1.Tak mau lepas dari masa lalu. Membangkitkan masa lalu tanpa mengubahnya sedikitpun merupakan kegiatan yang membuang waktu semata.
2. Melesat terlalu cepat ke masa depan. Kebanyakan orang hanya mencemaskan kejadian buruk yang bakal terjadi. Hal ini akan membuat Anda seakan-akan lumpuh karena Anda tidak bisa melakukan apa-apa terhadapnya, hal ini juga merupakan hal yang sia-sia.
3. Membayangkan berada di tempat lain (atau berpikir : seharusnya Anda berada di tempat lain). Banyak orang yang membayangkan dirinya berada di satu tempat yang dia pikir seharusnya dia berada di sana. Namun, orang yang berpikiran sehat memanfaatkan energinya untuk melakukan perubahan, merencanakan liburan, atau memberi bentuk pada masa depannya agar lebih mewujudkan impiannya.
Kebahagiaan juga berada pada saat ini, tidak tergantung tempat tertentu, tidak ada di masa lalu yang sudah lewat, belum ada di masa depan sekeras apapun Anda berpikir. Kebahagiaan ada di masa sekarang. Karena itu, Anda harus membuka diri terhadap kebahagiaan dan menghargainya. Kebahagiaan bagai kupu-kupu, menunggu Anda berhenti bergerak supaya dia bisa hinggap pada bahu Anda.
Source : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3
Kendalikan Emosi Ketika Anak Merengek
Sebagai seorang ibu, mungkin Anda pernah merasa kesulitan ketika harus menghadapi anak yang merengek atau bertengkar dengan kakak-adiknya. Dalam situasi seperti ini biasanya, emosi kita mudah terpancing namun membentak anak dengan kata-kata kasar bukanlah cara yang baik untuk perkembangannya.
Menurut Kak Seto Mulyadi, Ketua Komisi Perlindungan Anak, mengatakan bahwa seorang ibu harus belajar melatih diri mengontrol emosi. Caranya bisa beragam, kuncinya hadapi anak dengan tenang, sabar, dan kasih sayang. Anda bisa menyalurkan emosi Anda untu melakukan berbagai aktivitas yang positif, seperti mengerjakan pekerjaan lain seperti mencuci perabotan, menyikat kamar mandi, atau apa pun yang mengalihkan emosi.
Menyanyi lebih baik daripada berteriak, saat kesal dengan perilaku anak. Bagaimanapun anak menangkap apa yang Anda lakukan. Jika Anda mengeluarkan kata kasar, anak Anda sedang belajar kata-kata tersebut. Sebaliknya, jika emosi Anda disalurkan dengan sesuatu yang positif, anak Anda akan merekam hal positif pula. Anda bisa tetap mengucap syukur karena bisa menikmati rengekan dan tangisan anak Anda. Anak Anda juga akan bersyukur karena memiliki orangtua yang bersikap baik meski perilaku mereka memancing emosi.
Source : kompas.com/dan
Rahasia Agar Anak Anda Disiplin
Disiplin adalah sesuatu yang lucu. Anda baru menyadari perlunya disiplin justru pada saat tak ada disiplin. Begitu banyak orangtua yang pernah mengalami kadang kala anak-anak mereka sulit sekali menurut atau mau mengerti. Tetapi, ada juga orangtua yang nyata-nyata berhasil membuat segala sesuatu berlangsung mulus. Apa rahasianya?
Para orangtua yang berhasil ini memanggil anak-anaknya yang masih kecil, “Ayo, ke sini”, dan anaknya itu langsung menurut, berjalan menghampiri orangtuanya. Anak mereka yang berusia sepuluh tahun menyiapkan dan menghidangkan teh untuk keluarga. Anak remaja mereka menelepon untuk memberitahu mereka akan pulang lebih awal. Hebatnya lagi, mereka bukanlah anak pemalu atau penakut. Mereka anak-anak yang bahagia, optimis, dan tenang.
Bagaimana cara mendidiknya?
Menuruti kemauan anak tidak akan membuat hidup lebih mudah. Orangtua yang tidak tegas dalam menetapkan batas-batas akan mendapati anak-anaknya bertingkah laku semakin tak terkendali. Hal ini bisa membuat Anda serta anak Anda bertengkar dan tak seorang pun senang dengan suasana seperti ini.
Namun, disiplin sebenarnya lebih daripada sekadar itu. Kita menerapkan disiplin pada anak-anak bukan sekadar kepentingan kita, namun tujuan utamanya yaitu melatih anak-anak agar mereka kelak mampu bersikap baik serta bisa mulus dalam menghadapi hidup ini.
Jika Anda sebagai orangtua tidak tegas, maka anak-anak tak akan mampu mengembangkan daya control di dalam dirinya, sehingga mereka tak sanggup mengendalikan diri sendiri dan tetap bersikap seperti anak umur dua tahun.
Akibat dari didikan orangtua
Orangtua yang membiarkan anak-anaknya berlaku semaunya akan membuat mereka tak berdaya dalam menghadapi kenyataan hidupnya kelak. Biasanya, mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak bahagia, lebih sering menganggur, tak berumah tangga, kesepian, mudah tersinggung dan marah, bahkan akan merasakan penjara.
Seorang anak yang dididik untuk mengontrol diri sendiri oleh orangtuanya dengan baik, berarti ia sudah belajar bagaimana menempatkan diri dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga ia tidak mudah terlibat masalah dan menjadi manusia yang bebas dan dewasa.
Agar anak mau bekerjasama
Gunakan teknik “berdiri diam untuk berpikir”. Kedua teknik ini diterapkan mulai saat anak belajar berjalan (toddler), disesuaikan seiring pertumbuhan anak serta bisa terus diterapkan sampai anak menginjak dewasa.
Saat anak Anda tidak mau menuruti permintaan Anda untuk menjauh dari kabel ataupun dari kompor misalnya, walau sudah Anda bilang berkali-kali, Anda dapat menggendong anak Anda dari belakang dan letakkan di suatu pojok ruangan, dimana pojok itu tidak terdapat benda apapun.
Mungkin anak Anda akan melakukan berbagai ulah, mungkin membuatnya kaget dan tersinggung, namun lama kelamaan dia akan menyerah. Bilang padanya, “Kalau kau sudah bisa tenang kembali, baru kau boleh pindah dari tempat ini.” Lalu tanyakan, “Nah, kau mau menuruti kata-kataku untuk menjauh dari kabel tersebut?” Ketika sang anak berusia dua setengah tahun, ia akan segera menuruti orangtuanya yang memerintahkannya masuk ke tempat pojok untuk berpikir itu. Ketika usianya lima tahun, ia sudah belajar memikirkan dan menimbang segala tindakannya, menghargai perasaan orang-orang lain di sekitarnya tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bocah umur lima tahun yang gembira, lincah dan apa adanya.
Bila Anda merasa kehilangan kendali diri, urungkan dulu keinginan untuk mengurusi anak Anda, cukup suruh anak Anda masuk ke kamarnya dan menyuruhnya diam di sana sampai Anda tenang kembali. Anak Anda tentu akan menuruti perintah Anda (walau dengan mengomel, misalnya) karena ia tahu ia tak punya pilihan lain dan tahu bahwa urusan itu tak akan berlangsung lama serta bukan sesuatu yang besar. Ia akan tahu bahwa memang begitulah cara menyelesaikan masalah. Dalam hal ini yang penting adalah mengarahkan anak agar ia mampu menemukan solusi yang bisa diterima oleh semuanya.
Source : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3
Jangan Batasi Imajinasi Anak Anda
Anak Anda harus diberi kesempatan untuk berimajinasi lewat bermain atau aktivitas lain karena hal tersebut akan memunculkan potensi-potensi kreatif dalam diri anak Anda. Kemampuan anak Anda untuk berimajinasi akan membuatnya lebih ceria dan bersikap positif dalam menikmati hidupnya sehingga anak Anda dapat mengisi waktunya sendiri tanpa banyak bantuan dari orang lain. Ia tidak mudah bosan, karena selalu ada ide-ide yang memotivasinya untuk berkreasi. Selain itu dengan kemampuan imajinasi yang baik, anak juga akan memiliki rasa humor yang membantunya dalam merelease ketegangan-ketegangan yang dialaminya.
Jadi Anda harus membantu anak Anda untuk meningkatkan imajinasinya dengan cara sebagai berikut :
1. Beri kesempatan untuk bermain atau melakukan aktivitas lain. Misalnya melalui mainan edukatif (bongkar pasang), arena bermain anak, kegiatan wisata alam, mengunjungi galeri lukisan, menonton film fiksi ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut, disamping dapat menggembirakan hati anak, juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, melatih kemampuan bersosialisasi dengan teman bermainnya dan melatih kemampuan berbahasanya.
2. Jangan bersikap tidak perduli bahkan melecehkan "kehebatan" imajinasi anak Anda. Karena sikap melecehkan atau mentertawakan hanya akan mematikan minat anak untuk berkreasi lewat imajinasinya.
3. Berikan alat-alat bermain yang diperlukan untuk merangsang daya imajinasi. Misalnya bagi anak yang senang menggambar, berikan peralatan menggambar berupa crayon dan kertas karton besar. Biarkan anak menggunakan bahan-bahan tersebut untuk membuat sendiri gambar yang disukainya sesuai dengan keinginannya.
4. Jangan bersikap terlalu melindungi atau terlalu mengatur. Berikan kesempatan pada anak Anda untuk berlatih mengembangkan dirinya lepas dari batasan-batasan yang kaku.
5. Beri kesempatan pada anak Anda untuk mendapatkan pengetahuan dan memperluas wawasannya, melalui buku-buku. Bila anak Anda belum bisa membaca, Anda perlu sering membacakan buku cerita atau mendongeng kepada anak Anda.
6. Jadilah orangtua yang suka mendengar anak, dan suka merangsang anak untuk bercerita. Misalnya setelah bepergian dengan anak, mintalah anak untuk menceritakan kembali apa yang ia lihat, ia alami dan rasakan.
Anak yang memiliki kemampuan imajinasi yang baik akan dapat mengembangkan berbagai kemampuan positif yang lain. Misalnya ia dapat mengembangkan kemampuan bereksperimen, sehingga timbul keinginan untuk mencipta dan membuat program sendiri atau ketrampilan dalam mengenal, memahami tingkah laku orang lain, ketrampilan berbahasa dan mengarang cerita.
Source : perempuan.com/dan
Biarkan Anak Anda Menjadi Anak-Anak
“Pada suatu hari, saat jam istirahat, sejumlah murid saya yang berusia 12 tahun menghilang di balik tumpukan bangku-bangku yang sudah tak terpakai lagi. Dari balik tumpukan bangku bekas itu saya bisa mendengar suara tawa tertahan dan suara-suara lain, yang membuat saya menduga mereka sedang melakukan ‘hal yang tidak-tidak’. Maka saya pun menengok ke balik tumpukan itu untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Tapi saya jadi malu sendiri sebab mereka yang sedang mereka lakukan ternyata main rumah-rumahan sambil menikmati bersama bekal makan siang dan minum yang mereka bawa! Mereka malah mengajak saya bergabung dengan mereka. Tapi saya hanya bisa tersenyum dan dengan perasaan malu saya meninggalkan mereka dan masuk lagi ke dunia saya yang hiruk-pikuk. Saya lupa mereka itu masih anak-anak yang punya kebutuhan untuk selalu bermain.”
Itulah contoh salah satu cara berpikir orangtua terhadap anak-anaknya. Perlakuan kita dapat merenggut masa kanak-kanak mereka. Begitu juga pengaruh dari luar, cara terjadinya bisa bermacam-macam, seperti :
Media yang menggebu-gebu.
Rasa ngeri, takut, sedih, dan sakit menjadi ‘makanan’ yang setiap hari disuguhkan oleh media dalam bentuk berita maupun hiburan. Media memang bertujuan menayangkan hal-hal yang menggegerkan supaya perhatian kita selalu tertuju ke arahnya. Di sini sama halnya dengan menjejali anak-anak dengan hal negative, yang tidak relevan, dan yang sama sekali belum mampu mereka cerna.
Cara hidup yang diatur terlalu ketat
Banyak keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka melakukan beragam kegiatan – mulai dari olahraga, musik, kesenian dan macam-macam pelajaran tambahan sehingga anak mereka mempunyai sedikit sisa waktu untuk menjadi anak secara wajar. Pemecahan masalah itu bisa dilakukan dengan menerapkan satu aturan sederhana – satu anak, satu kegiatan.
Kecemasan yang berlebihan
Anak-anak dari kecil sudah diajar untuk bersaing. Dalam sekolah, mereka disarati dengan berbagai kegiatan yang sifatnya memicu prestasi murid. Anak-anak usia tujuh tahun berlomba mencapai nilai tertinggi. Mereka sudah bisa merasakan kecemasan atas prestasi mereka, sangat berharap bisa menjadi anggota tim. Hal ini membuat anak-anak tidak lagi bersikap seperti anak-anak.
Orangtua yang terlalu sibuk
Orangtua sibuk bekerja akan punya sedikit sekali waktu dan energi untuk melakukan kontak. Pulang ke rumah sudah lelah, mudah tegang, mau semuanya serba cepat, dan yang pasti akan membuat orangtua tak sanggup menjadi kawan karib bagi anak-anak.
Dunia yang tak aman
Pada tahun 1950-an, anak-anak bisa leluasa menjelajahi wilayah pemukiman tempat tinggalnya tanpa menimbulkan kecemasan orangtuanya, bahkan seandainya anak-anak itu nyaris tak terlihat sejak pagi sampai petang pun. Pada masa kini, hal tersebut tak mungkin terjadi. Kita perlu mengawasi serta melindungi mereka secara ketat dari keramaian lalu lintas, orang asing, serta tindak kriminal.
Source : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3
Membuat Anak Beralih Dari Botol Susu Ke Gelas
Memisahkan anak Anda dari botol susunya bukanlah hal yang mudah karena bagi anak Anda meminum susu di dalam botolnya adalah suatu pengalaman nikmat tiada tara. Botol susu sudah menjadi sahabat setianya sehingga anak Anda akan rewel jika tidak ada benda tersebut. Namun ada waktunya untuk mereka lepas dari botol dan beralih menggunakan gelas. Dalam hal ini memerlukan bantuan Anda karena anak tidak begitu saja mau melepaskan botol minumnya. Berikut langkah yang bisa Anda lakukan :
1. Singkirkan botolnya. Anda harus memutuskan kapan waktunya anak Anda berhenti menggunakan botol susu. Jika menurut Anda sudah tiba waktunya, segera singkirkan botol dari rumah Anda. Tetapi pastikan anak Anda melihat Anda melakukannya dan katakan bahwa Anda akan memberikan botol tersebut kepada anak lain yang lebih membutuhkan. Ajak anak membawanya ke kotak pos, ucapkan perpisahan, dan minta ia tetap tabah. Jika Anda hanya menyimpan di rak, hal ini akan membuat anak Anda terus merengek memintanya.
2. Ganti botolnya dengan gelas. Bila si kecil belum bersedia melepaskan botol susunya, Anda bisa menawarkan alternatif untuk memikatnya. Misalnya, dengan memberikan sippy cup (gelas yang diberi penyedot).
3. Jangan menyerah. Proses transisi ini sering tidak berjalan dengan mudah. Pasti akan ada saat dimana anak Anda terus menerus merengek dan menangis atau bahkan dia menolak untuk minum susu. Menghadapi situasi ini Anda harus tetap meneruskan keputusan untuk menyingkirkan botolnya untuk alasan yang tepat. Jika sikap Anda melunak, Anda justru menghambat kemajuan anak Anda.
Source : kompas.com/dan
Metode Cinta Tegas Mendisiplinkan Anak
Sejak ratusan tahun silam sampai sekarang ini kita mengenal tiga cara untuk menerapkan disiplin. Mula-mula, memukul dan menyakiti dipakai sebagai cara untuk membuat anak menurut dan bersikap baik. Ketika tidak lagi diterima, digantikan dengan upaya membangkitkan rasa bersalah untuk mempermalukan anak sehingga dia merasa malu dan tidak mau berbuat hal seperti itu lagi. Cara lain yaitu dengan pengucilan atau isolasi. Berdasarkan kenyataan tentang pengaruh kurungan penjara terhadap orang dewasa, pengucilan pun tidak membuahkan pelajaran yang baik.
Ada cara lain yang melampaui cara-cara di atas. Cinta dengan sikap tegas mengedepankan disiplin yang merupakan upaya untuk melibatkan diri serta mendidik. Disiplin bukan upaya untuk menjatuhkan hukuman. Anda tak akan pernah satu kali pun merasa perlu memukul atau menyakiti anak Anda.
Cinta tegas ini berarti menghadapi anak secara langsung dan membiarkannya mengatasi situasi yang tidak menyenangkan, tanpa mengakibatkan rasa sakit. Tujuan satu-satunya yaitu membantu anak menemukan cara yang lebih baik untuk menghadapi sekaligus mengatasi masalahnya.
Berikut merupakan cara untuk menerapkan cinta ini.
Persiapan. Tanyalah pada diri sendiri, “Apa yang salah? Aku menginginkan mereka melakukan apa untuk memperbaiki kesalahan itu?” Dengan kata lain, Anda perlu punya sasaran yang jelas sebelum mulai.
Belajar berdiri diam untuk berpikir. Pelajaran seperti ini patut diberikan kepada anak yang melanggar sikap baik yang seharusnya ditunjukkannya karena pada dasarnya pelajaran ini merupakan kecakapan juga. Saat menerapkan metode ini pada anak kecil yang baru belajar berjalan, Anda cukup membawanya ke suatu tempat yang sesuai menurut Anda, kemudian sambil memegang kedua bahunya Anda bisa mengatakan,”Aku akan membolehkanmu pindah dari sini kalau kau bisa tenang.”
Anda bisa membebaskannya begitu ia menunjukkan sikap mengendur atau mengucapkan permintaan maaf. Gunakan cara yang mudah dipahami anak seusia ini, misalnya jika dia melemparkan mainannya ke tembok, minta dia untuk menaruh mainan itu ke dalam kotaknya, bawalah kotak itu ke dekatnya.
Percakapan. Terhadap anak yang berusia dua atau tiga tahun lebih, yang paling penting dalam mendidiknya adalah percakapan antara dirinya dengan Anda. Jangan lupa, ia harus bisa meyakinkan bahwa sikapnya akan berubah. “Berdiri di situ dan pikirkan apa yang telah kaulakukan sehingga kau terkena masalah ini. Kalau kau sudah mengerti mana sikapmu yang keliru, katakan, baru setelah itu aku mau membicarakannya denganmu.” Kalimat seperti ini merupakan contoh kalimat yang dapat Anda katakan agar anak Anda dapat menghadapi masalahnya sendiri dan mengatasinya.
Ajukan pertanyaan. Setelah itu, ajukan pertanyaan seperti, “Apa yang telah kau lakukan?” Mengakui perbuatan adalah penting. “Apa yang kau rasakan atau butuhkan sehingga kau berbuat itu?” dan “Apa yang seharusnya kauperbuat supaya kau bisa memperoleh yang kau butuhkan?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini membuatnya mampu berpikir untuk memecahkan masalahnya. Jikalau pun belum bisa, Anda dapat memberikan penjelasan dan menunjukkan jalan keluarnya lebih dahulu. “Setelah kejadian ini, apa yang akan kau lakukan?” Ini untuk memperoleh rasa tanggung jawab si anak. Lalu perkataan “Coba buktikan!” adalah bukti dari perkataan yang sudah dia katakan.
Arahkan proses ini ke suasana yang menyenangkan. Mungkin di awal Anda akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengajari anak Anda. Namun akhirnya, Anda bisa mengetahui bahwa metode ini berhasil karena pada akhir prosesnya Anda akan merasa lebih enak dan anak Anda pun demikian. Semua pihak akan merasa bebannya diringankan.
Nah, siapkan diri Anda menjadi orangtua yang mampu mendidik anaknya dengan baik dan benar. Dan lakukan yang terbaik.
Source : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3
Subscribe to:
Posts (Atom)