Wednesday, June 2, 2010

Menghadapi Anak Yang Bossy

Apakah Anda pernah mendapati anak Anda berperilaku suka memerintah? Semua anak pada dasarnya akan seperti itu. Namun jika perilaku tersebut tidak diatasi maka anak Anda mungkin akan mengalami kesulitan saat dia mencari teman baik di sekolah maupun di rumah. Dan hal ini bisa memicu anak melakukan kekerasan agar bisa mendapat perhatian atau bisa diterima. Berikut ini ada beberapa cara untuk mengatasi anak yang suka memerintah terhadap orangtua, teman atau orang yang lebih tua , sebagai berikut :
1. Jangan memberikan reaksi apapun baik tertawa ataupun memarahinya. Tetaplah tenang dan katakan pada anak Anda untuk mengulangi permintaannya dengan cara yang lebih sopan.
2. Jangan melakukan apapun untuknya jika anak Anda meminta sesuatu. Dengan demikian anak Anda akan mengerti bahwa dirinya bukanlah bos yang bisa memerintah orang sesuka hatinya, terutama kepada orangtua.
3. Awasi kegiatan sosial anak Anda dengan bergabung bersama teman-teman dan orangtua lainnya.
4. Jika anak Anda mau berbagi mainan dengan temannya secara sopan, berilah pujian atas perilaku baiknya tersebut.
5. Jika anak Anda menunjukkan sikap suka memerintah di depan teman-temannya, maka beritahu dia dengan cara membisikkannya bukan memarahinya.
6.Jika anak Anda tetap pada sikapnya setelah diperingati, jauhkan dia dari teman-temannya dan katakan bahwa Anda akan membawanya pulang jika anak Anda tidak berperilaku baik.
7. Mengajak anak Anda bermain permainan yang tidak kompetitif di rumah dan  masuk pada salah satu tim olahraga.
8. Jika anak Anda ditinggalkan oleh teman-temannya, jangan terlalu bersimpati. Sebaliknya cobalah untuk membantunya mengatasi kelakuan tersebut.
9. Buatlah anak Anda terbuka terhadap Anda, sehingga Anda bisa mengetahui apa yang menjadi pemicu perilakunya yang suka memerintah tersebut.

Source : perempuan.com/dan/jawaban.com

Cara Jitu Dalam Bekerjasama Dengan Anak-Anak

Banyak orangtua masa lalu tak punya kecakapan dalam mengasuh anak-anak mereka, sehingga mereka sering menerapkan pola pengasuhan dengan disiplin yang tidak enak dan keras. Hal ini terus berulang dari generasi ke generasi.
Begitu disiplin dipahami secara tepat, maka tak perlu ada rasa sakit, malu, atau takut. Sejak jaman dulu sebenarnya ada orangtua yang secara intuitif tahu sekaligus telah menerapkan prinsip disiplin yang benar, namun nyaris tak pernah diungkapkan secara baik sehingga nyaris tak pernah diketahui serta dipelajari.
Ada tiga cara jitu untuk menghasilkan kerjasama antara Anda dengan anak-anak Anda yang perlu diterapkan dalam kehidupan keluarga Anda agar ada hasil yang baik yang bisa dicapai agar pengasuhan Anda juga pada tempatnya. Ketiga kerjasama itu adalah :
Pencegahan
Makanlah sampai kenyang sebelum bepergian. Berhentilah mengendara secara teratur untuk menyantap makanan ringan. Hindari makanan yang berwarna-warni atau yang mengandung kadar gula tinggi, sekali-sekali boleh. Umumnya anak-anak jadi bersikap terlalu aktif sehingga sulit diatur setelah mereka mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak.
Tentukan waktu untuk setiap hal yang ingin Anda lakukan dan yang ingin keluarga lakukan. Bila Anda mengasuh anak-anak yang baru belajar berjalan, amatlah penting untuk menyederhanakan hidup Anda karena melakukan hal-hal sederhana saja bisa membutuhkan waktu lama. Jadi bersikaplah santai dan nikmati saja semua itu.
Saat bersiap berangkat sekolah, katakan kepada anak-anak untuk berpakaian lebih dahulu baru sarapan, sehingga mereka tidak sarapan tanpa berpakaian ataupun terburu-buru berpakaian (Supaya mereka mau menyantap sarapan, malam harinya sebelum tidur, beri mereka minuman teh yang tidak kental sehingga mereka bangun dengan perut kelaparan.)
Lakukan pekerjaan rumah sehari-hari dengan riang gembira, apalagi diiringi musik yang ringan serta riang. Jadilah orang biasa yang bergembira, tak perlu memaksakan kesempurnaan. Anda hanya punya waktu penuh bersama anak-anak Anda sampai umur lima tahun, setelah itu Anda hanya punya waktu separuhnya sampai mereka berumur 10 tahun atau lebih.
Anak kecil yang sulit diatur biasanya hanya membutuhkan ruang gerak yang lebih leluasa. Tempat bermain yang luas serta berpasir, tempat bermain air, ruang untuk berlarian serta memanjat, semua itu sangat membantu anak dan membuat perubahan perilaku mereka. Anak yang kelelahan karena puas mengeluarkan energinya adalah anak yang penurut.
Pengalihan
“Kau akan Ibu belikan keripik kentang di toko itu asalkan kau mau menurut dan masuk ke mobil sekarang.” Adalah salah satu cara untuk mengalihkan anak dan agar dia mau menurut. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa bosan. Sering kali anak-anak disebut ‘nakal’ hanya karena mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap benar untuk melakukan sesuatu. Bersiaplah untuk ‘mengajari’ dan bukan ‘menyerang’ ketika anak-anak melakukan sesuatu secara tidak benar.
Misalnya saja, seorang anak mengambil banyak makanan sekaligus, hal yang baik untuk dikatakan adalah “Tunggu dulu, kamu belum tanya apakah masih ada yang mau makanan itu. Begini saja, kamu ambil sepotong dulu dan makan itu dulu. Nanti, kalau kamu mau lagi, tanya dulu kepada yang lain apakah mereka masih mau.”
Konfrontasi
Bila semua cara di atas sudah Anda coba tapi anak Anda tetap tak mau menurut, itu berarti anak Anda ingin melakukan konfrontasi. Kadang kala anak-anak senang berkonflik karena ada kebutuhan dalam diri mereka untuk merasakan batas-batas aman sekaligus tegas. Kadang kala juga disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalah seperti mau berbagi, bersikap sabar menunggu, ataupun tidak main pukul.
Apapun masalahnya, ajarkan mereka untuk berdiri diam dan berpikir. Beri pengertian kepada mereka. Maka, akan ada kerjasama yang luar biasa yang akan berlangsung antara hubungan Anda dengan anak-anak Anda.

jawaban.com

Rahasia Agar Anak Anda Disiplin

Disiplin adalah sesuatu yang lucu. Anda baru menyadari perlunya disiplin justru pada saat tak ada disiplin. Begitu banyak orangtua yang pernah mengalami kadang kala anak-anak mereka sulit sekali menurut atau mau mengerti. Tetapi, ada juga orangtua yang nyata-nyata berhasil membuat segala sesuatu berlangsung mulus. Apa rahasianya?
Para orangtua yang berhasil ini memanggil anak-anaknya yang masih kecil, “Ayo, ke sini”, dan anaknya itu langsung menurut, berjalan menghampiri orangtuanya. Anak mereka yang berusia sepuluh tahun menyiapkan dan menghidangkan teh untuk keluarga. Anak remaja mereka menelepon untuk memberitahu mereka akan pulang lebih awal. Hebatnya lagi, mereka bukanlah anak pemalu atau penakut. Mereka anak-anak yang bahagia, optimis, dan tenang.
Bagaimana cara mendidiknya?
Menuruti kemauan anak tidak akan membuat hidup lebih mudah. Orangtua yang tidak tegas dalam menetapkan batas-batas akan mendapati anak-anaknya bertingkah laku semakin tak terkendali. Hal ini bisa membuat Anda serta anak Anda bertengkar dan tak seorang pun senang dengan suasana seperti ini.
Namun, disiplin sebenarnya lebih daripada sekadar itu. Kita menerapkan disiplin pada anak-anak bukan sekadar kepentingan kita, namun tujuan utamanya yaitu melatih anak-anak agar mereka kelak mampu bersikap baik serta bisa mulus dalam menghadapi hidup ini.
Jika Anda sebagai orangtua tidak tegas, maka anak-anak tak akan mampu mengembangkan daya control di dalam dirinya, sehingga mereka tak sanggup mengendalikan diri sendiri dan tetap bersikap seperti anak umur dua tahun.
Akibat dari didikan orangtua
Orangtua yang membiarkan anak-anaknya berlaku semaunya akan membuat mereka tak berdaya dalam menghadapi kenyataan hidupnya kelak. Biasanya, mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak bahagia, lebih sering menganggur, tak berumah tangga, kesepian, mudah tersinggung dan marah, bahkan akan merasakan penjara.
Seorang anak yang dididik untuk mengontrol diri sendiri oleh orangtuanya dengan baik, berarti ia sudah belajar bagaimana menempatkan diri dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga ia tidak mudah terlibat masalah dan menjadi manusia yang bebas dan dewasa.
Agar anak mau bekerjasama
Gunakan teknik “berdiri diam untuk berpikir”. Kedua teknik ini diterapkan mulai saat anak belajar berjalan (toddler), disesuaikan seiring pertumbuhan anak serta bisa terus diterapkan sampai anak menginjak dewasa.
Saat anak Anda tidak mau menuruti permintaan Anda untuk menjauh dari kabel ataupun dari kompor misalnya, walau sudah Anda bilang berkali-kali, Anda dapat menggendong anak Anda dari belakang dan letakkan di suatu pojok ruangan, dimana pojok itu tidak terdapat benda apapun.
Mungkin anak Anda akan melakukan berbagai ulah, mungkin membuatnya kaget dan tersinggung, namun lama kelamaan dia akan menyerah. Bilang padanya, “Kalau kau sudah bisa tenang kembali, baru kau boleh pindah dari tempat ini.” Lalu tanyakan, “Nah, kau mau menuruti kata-kataku untuk menjauh dari kabel tersebut?” Ketika sang anak berusia dua setengah tahun, ia akan segera menuruti orangtuanya yang memerintahkannya masuk ke tempat pojok untuk berpikir itu. Ketika usianya lima tahun, ia sudah belajar memikirkan dan menimbang segala tindakannya, menghargai perasaan orang-orang lain di sekitarnya tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bocah umur lima tahun yang gembira, lincah dan apa adanya.
Bila Anda merasa kehilangan kendali diri, urungkan dulu keinginan untuk mengurusi anak Anda, cukup suruh anak Anda masuk ke kamarnya dan menyuruhnya diam di sana sampai Anda tenang kembali. Anak Anda tentu akan menuruti perintah Anda (walau dengan mengomel, misalnya) karena ia tahu ia tak punya pilihan lain dan tahu bahwa urusan itu tak akan berlangsung lama serta bukan sesuatu yang besar. Ia akan tahu bahwa memang begitulah cara menyelesaikan masalah. Dalam hal ini yang penting adalah mengarahkan anak agar ia mampu menemukan solusi yang bisa diterima oleh semuanya.

Source : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3/jawaban.com

TTM : Tegas Tapi Mencintai

Ada saatnya anak Anda berubah dari anak kecil yang menimbulkan rasa sayang meskipun ia selalu meminta ini itu menjadi anak yang sulit diatur dan jarang bisa diam. Munculnya berbagai ‘kenakalan’ anak-anak saat berusia sekitar satu setengah tahun sampai dua tahun, bisa membuat cemas orangtua yang menginginkan segala berjalan mulus dan menyenangkan. Untuk itulah, Anda perlu ketegasan tapi penuh cinta dalam mendidik mereka.
Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengubah sikap mental. Setelah delapan belas bulan sebelumnya Anda berusaha membuat anak Anda selalu gembira, kini saatnya menyadari perubahan keadaan yang tiba-tiba terbalik, memaksa diri Anda sendiri untuk membuat anak-anak tidak lagi selalu gembira. Kenapa?
Karena biasanya anak-anak itu ‘memudahkan’ Anda untuk menerapkan ketegasan berlandaskan cinta seperti misalnya membongkar lemari es, memanjat pohon, mengotori tembok atau mencoret-coret kursi, lemari, atau apapun yang dapat mengundang perhatian Anda.
Dalam hal ini, tegaslah pada anak Ana sekalipun sebenarnya apa yang mereka lakukan tidak masalah bagi Anda. Hal ini dibutuhkan agar ia menjadi teguh dan memiliki tujuan yang jelas saat beranjak dewasa.
Masalahnya, kadang kala kita ingin menempuh jalan keluar yang mudah, tapi justru jalan keluar yang mudah itulah yang membuat anak-anak merasa bisa meminta lebih banyak lagi, semakin sering mengeluh, dan merengek semakin keras.
Cobalah melihatnya dari sudut pandang seorang anak kecil berusia dua tahun. Selama tahun pertama kehidupannya, ia terbiasa menjadi satu-satunya pusat perhatian. Ia terbiasa mendapat apa yang ia mau. Kemudian bentuk keinginannya semakin beragam dan semakin ganjil. Ia tak mau lagi sekadar disuapi, dipeluk, dicium, dan diganti pakaian kotornya. Ia mencampur semua shampoo dan kondisioner sehingga lantai kamar mandi licin, ia ingin bermain di keramaian lalu lintas, Anda harus menghentikannya, demi kebaikannya sendiri.
Bayi
Bayi belum butuh disiplin. Umurnya baru empat bulan dan dia belum bisa merangkak. Dia terkekeh saja mendengar bunyi lucu yang keluar dari mainannya, dan ia menarik apa saja ke arahnya. Ia juga sering menangis karena begitulah cara bayi normal mengkomunikasikan segala kebutuhannya. Bayi memang bisa sangat merepotkan, tapi itu bukan karena ia nakal, tapi semata-mata mencoba memberitahu Anda apa yang sedang ia butuhkan. Bayi tak butuh disiplin, ia butuh banyak pengertian. Dan dalam kaitannya dengan bayi, yang paling dibutuhkan orangtua adalah tidur.
Anak yang baru bisa berjalan
Akhirnya sang bayi bisa merangkak kemudian berjalan, mondar mandir dengan penuh gairah sambil meraih dan menarik benda apa pun yang mereka lihat, menyelinap ke sela-sela ruang sempit. Bisa dikatakan sepertiga rumah Anda menjadi wilayah kekuasaannya.
Anak yang baru bisa berjalan juga bisa memanfaatkan sejumlah kata sakti yang langsung bisa memberinya apa yang ia inginkan, “Tutu!”, “Endong”, “Maem”. Anak Anda mulai melakukan hal yang yang tidak mungkin Anda biarkan. Dia akan selalu mencoba berjalan menuju suatu tempat yang terlarang baginya, lalu memandang ke arah Anda dengan senyum jahil, sebab pada dasarnya ia menghendaki ada yang melarangnya. Itu merupakan pesan tak sadar yang meminta batasan-batasan yang dia perlukan dari orangtuanya. Kelakuan ini bukan murni pembangkangan (sekalipun ada juga yang demikian).
Anak usia presekolah dan yang lebih tua
Anak-anak ini akan sering mengungkapkan secara langsung apa yang ada dalam pikirannya. Dengarkan pendapatnya, apa yang ia rasakan atau butuhkan. Kalau ia mengemukakan pendapat yang benar, tentu itu bagus sekali. Namun apa yang ia inginkan itu tidak selalu bisa dipenuhi, karena belum tentu semuanya benar.
Remaja
Remaja kerap membutuhkan orang lain terutama orangtuanya untuk campur tangn, termasuk menegur mereka. Dalam bentuk apapun, kekerasan fisik terhadap remaja tidak dapat dibenarkan.
Seorang remaja bersikap layaknya bayi yang baru lahir. Ia bisa jadi pelupa, tak teratur, dan seenaknya serta bertingkah seperti ‘bukan keturunan orangtuanya’. Namun, remaja tiga belas tahun mudah mempercayai orang lain dan berbela rasa, inilah kesempatan yang sangat baik untuk mendekatkan diri dengan mereka. Remaja usia empat belas tahun bisa bersikap seperti bocah berusia dua tahun yang sangat emosional, selalu mencoba melanggar batas, ingin bergelut dengan Anda dan ingin Anda balas bergelut. Sedapat mungkin jangan mengabaikannya. Mereka perlu belajar bertanggung jawab dan bersikap hati-hati, inilah saat puncak bagi Anda sebagai orangtua untuk memberi masukan.
Nikmatilah setiap saat dalam masa-masa ini. Anak-anak bertumbuh dari bayi menjadi dewasa, mempunyai cara penerapan belajar yang berbeda-beda.

Source : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3/jawaban.com

Friday, May 7, 2010

Makan Malam Waktu Bagi Keluarga

Saya senang mengumumkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak keluarga yang memiliki niat untuk membuat acara makan malam bersama keluarganya. Inilah tujuh alasan mengapa makan malam bersama keluarga menjadi satu kegiatan yang amat bermanfaat :

1. Anak-anak yang hidup dalam keluarga yang melakukan makan malam bersama biasanya lebih sedikit terlibat dalam perilaku beresiko. Berdasarkan pada 2000 studi yang telah dilakukan oleh National Center on Addiction and Substance Abuse (lembaga Nasional Pusat Kecanduan dan Penyalahgunaan Obat) di Universitas Colombia AS, anak-anak yang tidak melakukan makan malam dengan keluarganya 61% lebih cenderung terlibat pemakaian alcohol, rokok atau pemakaian obat terlarang. Kontrasnya, anak-anak yang melakukan makan malam dengan keluarganya setiap malam sepanjang minggu 20% lebih sedikit terlibat dalam mabuk-mabukan, rokok, atau memakai obat-obatan terlarang.

2. Keluarga yang makan malam bersama biasanya lebih punya hubungan yang kuat dan lebih bahagia. Kala keluarga berjuang menemukan sejumlah kuantitas dan kualitas dari waktu kebersamaan mereka, keluarga yang makan malam bersama secara otomatis menyediakan kesempatan bagi keduanya, baik kualitas maupun kuantitas. Ketika keluarga keluar bersama dan berkomunikasi, mereka bertumbuh semakin kuat dan sehat.

3. Keluarga yang makan malam bersama secara berkala membangun identitas keluarga yang lebih kuat. Makan bersama menciptakan terbangunnya identitas keluarga. Sebagai tambahan, rutinitas keluarga ini menyediakan satu perasaan stabilitas dan keamanan yang memberikan pada anak lingkungan positif dimana mereka dapat bertumbuh menjadi orang dewasa yang sehat.

4. Keluarga yang makan malam bersama biasanya dapat menjaga hubungan satu sama lain. Setiap orang - anak-anak dan orang tua - dapat menjaga hubungan dengan bertukar informasi terbaru selama acara makan malam keluarga dalam hal masalah sekolah, pekerjaan, kehidupan keluarga dan pertemanan.

5. Makan malam keluarga yang rutin menyediakan kesempatan alami untuk merencanakan sesuatu dan menyelesaikan masalah. Menjadwal waktu pertemuan keluarga secara khusus untuk mendiskusikan rencana, kebutuhan, dan menyelesaikan persoalan dapat menjadi hal yang sulit. Saat makan malam, keluarga dapat menemukan solusi alami untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut.

6. Makan malam secara berkala membantu proses belajar. Ketika keluarga yang melakukan makan malam bersama terlibat dalam berbagai topic pembicaraan, terjadi dukungan terhadap proses belajar. Anak-anak yang terekpos dengan diskusi keluarga yang rutin akan belajar memahami perbendahaan kalimat yang lebih luas.

7. Anak-anak biasanya menerima nutrisi yang lebih baik ketika makan malam secara rutin dengan keluarganya. Sederhana sekali, namun ini merupakan kebenaran yang sesungguhnya dalam penerapan sehari-hari : ketika anak-anak makan malam dengan keluarganya, mereka makan dengan lebih baik. Waktu makan malam keluarga artinya anak-anak cenderung memakan makanan yang secara nutrisi lebih seimbang, lebih rendah kadar gula dan lemaknya, dibanding jika mereka menyiapkan atau membeli makanannya sendiri.

Anakku Doyan Jajan

Anak adalah permata hati buah cinta kasih. Kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga mempunyai kebahagian tersendiri. Untuk membahagiakannya,terkadang apa saja dilakukan orang tua, termasuk memberikan uang jajan yang berlebihan. Akibatnya anak berprilaku konsumtif.

Bagi orangtua yang berekonomi menengah ke atas, tentu tidak masalah jika anaknya hobi jajan. Tapi, bagi mereka yang berpenghasilan pas pasan tentu jadi masalah. Parahnya lagi, kalau si anak sudah berani minta uang buat jajan pada orang lain atau mengambil uang orang tuanya. Kalau hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan kebiasaan seperti ini akan terbawa bawa saat ia remaja atau dewasa.

Kebiasaan anak jajan di luar rumah mungkin saja, karena apa yang disajikan di rumah tidak menarik baginya. Kebiasaan mengemil turut juga mendukung anak untuk jajan. Selain itu, anak bisa saja meniru sifat orang tuanya yang "royal" belanja. Apalagi kalau orang tuanya terbiasa memberikan uang yang cukup banyak pada anak dan gampang menuruti keinginan anaknya.

Susahnya, kalau ada campur tangan orang lain. Bisa saja orang tua mengerti tentang bahayanya si tukang jajan. Tapi mungkin keluarga terdekat tidak, misalnya neneknya, tante dan orang lain yang memberinya uang, agar anak merasa senang atau nyaman berdekatan dengan mereka, inilah salah satu kesempatan bagi anak untuk berlaku konsumtif . Karenanya, pihak orang tua tidak perlu sungkan untuk mengingatkan siapapun, termasuk seluruh anggota keluarga untuk mendidik anak agar tidak berlaku konsumtif.

Selain faktor di atas peran iklan cukup besar memberikan pengaruh terhadap jajan si anak. Apalagi untuk saat ini, iklan jajanan anak anak begitu bombastisnya muncul dilayar televisi. Program tersebut dikhawatirkan membuat anak akan berlaku konsumtif. Orang tua juga disarankan agar jangan menjadikan supermarket sebagai tempat hiburan dan pelarian. Kasihan anak sudah melihat tapi tidak membeli.

Lantas, untuk menghindari anak tidak merengek membelikan sesuatu bolehkah orang tua mengatakan tidak punya uang? Sebaliknya jangan mengatakan itu, sebab begitu anak tahu orang tua punya uang, secara tidak langsung telah mendidik anak untuk berbohong. Gunakanlah bahasa yang sederhana, tapi jangan membohongi anak. Jangan pula terlalu mengekang anak, hal ini nantinya dikhawatirkan akan berdampak negatif. Karena orang tuanya tidak memberikan uang, bisa saja si anak mengambil uang milik temannya.

Anak yang kecanduan jajan tidak hanya membahayakan kedua orang tua, tapi juga masa depan si anak. Jajanan di luar tidak selamanya menjamin kesehatan. Perlu disosialisasikan bahwa makanan bergizi lebih baik dari pada makanan menarik. Jangan biasakan anak berlaku boros.

Cara Mengatasi
Pertama, usahakan membuat penganan sendiri yang sederhana setiap hari.
Kedua,sering berdialog dengan anak tentang efek buruk sikap konsumtif.
Ketiga,dampingi mereka ketika melihat tayangan iklan di televisi tentang beragam makanan.
Keempat,kalaupun memberikan uang jajan kepada anak berikanlah sepantasnya. Arahkan untuk tidak membeli makanan yang kurang terjamin kebersihannya maupun gizinya.
Kelima, berilah pujian terhadap anak yang disiplin dan tidak membelanjakan uangnya untuk membeli jajanan yang dilarang orang tua.
Keenam, giatkan budaya menabung dalam keluarga dan berilah penghargaan yang pantas bagi anak yang rajin menabung.
Ketujuh, tidak ada salahnya memperlihatkan anak-anak yang sakit akibat kekurangan gizi atau mengkonsumsi makanan pabrik secara berlebihan (mungkin lewat bacaan-bacaan atau tontonan).
Kedelapan, jangan menjadikan supermarket sebagai tempat hiburan bagi anak. Jadikanlah perpustakaan atau toko buku sebagai tempat hiburan agar mereka gemar membaca.

Pada akhirnya, perlu diketahui bahwa anak-anak mengkonsumsi jajanan itu tidak hanya sebulan atau dua bulan, namun bertahun-tahun mungkin selama bersekolah di tempat tersebut atau dilingkungan rumah. Jadi, sangat penting sekali untuk membatasi jajanan anak. Dari penelitian BPOM diketahui, sebagian besar penganan yang dijajakan untuk anak-anak mengandung bahan-bahan berbahaya seperti pewarna, pengawet, dan pemanis buatan. Untuk pemanis buatan, relatif tak berbahaya. Namun, anak-anak membutuhkan energi yang berasal dari gula alami bukan diganti dengan gula lainnya. Jika Anda bijak, sebagai orang tua jangan ragu mengatakan, "tidak" atau "jangan" kepada anak. Kata-kata itu hendaknya disertai alasan yang masuk akal

Bicara Pada Anak Tentang Hal-hal Sulit

Adalah cukup sulit untuk orang dewasa untuk mengerti tentang kesulitan dalam kehidupan - penyakit, perceraian dan kematian. Namun cobalah menjelaskan hal itu pada anak-anak. Itu mungkin menjadi tantangan yang jauh lebih besar bagi orang tua.

Apa yang anda katakan pada anak kecil yang kuatir tentang mengapa angin badai bisa membunuh begitu banyak orang dan membuat banyak orang kehilangan rumah? Bagaimana anda menjelaskan tentang penderitan berjuta-juta anak-anak di Afrika yang menjadi yatim piatu akibat serangan wabah AIDS? Apa cara terbaik untuk menenangkan seorang anak yang terperangkap dalam desing peluru peperangan?.

Bruce Bickel dan Stan Jantz, penulis buku yang baru dirilis God In the Hard Stuff (Barbour Publising) mengetahui betapa sulitnya bicara pada anak-anak tentang masalah-masalah sulit yang ada dalam kehidupan. Dan mereka berpikir mereka harus punya sejumlah saran praktis yang bisa menolong.

Bickel mengatakan : "Anak-anak menginginkan jawaban penuh kejujuran yang dapat menolong membuat masuk akal tentang penderitaan di dunia. Hal terburuk yang kita sebagai orang dewasa lakukan ialah menghindari pembicaraan itu, berharap anak-anak mengalihkan pembicaraan pada pokok lainnya".

Jantz menambahkan : "Hampir semua orang dewasa dapat bergulat dengan isu yang sukar sepanjang waktu dan dapat memelihara kehidupan secara normal. Namun anak-anak kemungkinan tidak dapat bergerak hingga pertanyaan merea terjawab".

Bickel dan Jantz datang dengan sejumlah ceklist dimana orang tua (dan siapapun yang bekerja dengan anak kecil) dapat memakainya ketika berbicara dengan anak-anak tentang masalah yang sulit dalam kehidupan dan tentang penderitaan yang bisa diakibatkannya. Apakah topiknya tentang bencana alam yang baru terjadi atau kematian hewan peliharaan keluarga, prinsip ini akan menolong memberi kerangka pada pembicaraan.

1. Pastikan anda memiliki pemahaman spiritual yang benar tentang penderitaan

Sebelum anda dapat merespon pada pertanyaan anak-anak tentang penderitaan, anda perlu mengerti bagaimana penderitaan pantas bagi dunia, yang lebih penting, bagaimana penderitaan bisa selaras dengan rencana Tuhan bagi dunia. Jika seorang anak sudah diajar bahwa Tuhan mengasihi mereka, anak-anak mungkin ingin tahu mengapa Tuhan yang Pengasih itu membiarkan hal buruk terjadi di dunia ini.

2. Tentukan tingkatan ketertarikan anak

Sebelum anda mulai menawarkan penjelasan dan pemahaman terhadap isu tersebut, pastikan anda mengetahui tingkatan ketertarikan anak. Seorang anak yang lebih muda yang menginginkan jawaban sederhana mungkin akan pusing jika anda mencoba mengatakan penjelasan yang terlalu rumit.

3. Titik beratkan Kedaulatan Tuhan (namun jangan pakai kata-kata "Kedaulatan")

Jika seorang anak ditanyai pertanyaan tentang penderitaan, jangan terlalu cepat untuk memperkenalkan konsep kedaulatan Tuhan. Seorang anak bisa mengalami kesulitan oleh masalah di dunia ketika kelihatannya Tuhan tidak peduli kebutuhan untuk memberi jaminan bahwa Dia masih memegang kendali. Hanya karena Tuhan mengijinkan hal-hal itu terjadi, bukan berarti Dia tidak mampu atau tidak bersedia untuk menolong kita.

4. Bawalah cara pandang kekekalan dalam percakapan

Adalah penting untuk berbicara pada anak-anak tentang Surga, bukan seperti menceritakan kisah peri dalam dongeng, namun sebagai rumah abadi yang Tuhan telah siapkan bagi mereka. Jika seorang anak mengerti bahwa ada lebih banyak yang harus dihidupi disbanding kesulitaan saat ini, dia akan lebih baik dalam memperlengkapi dirinya untuk menangani masalah

5. Menjalani penderitaan anda melalui cara pandang yang pantas

Anak memiliki kemampuan untuk mengerti dan tanggap yang luar biasa. Jika mereka merasa bahwa anda tidak meletakkan pergumulan anda pada sudut pandang yang bersifat kekekalan, mereka akan kurang mendengarkan apa yang anda katakan. Apakah anda telah mempercayakan beban dan pencobaan yang anda alami pada Tuhan? Apakah anda percaya pada Tuhan untuk hasil akhirnya?. Iman anda pada kedaulatan Tuhan yang mencintai anda akan memberi ketenangan pada anak-anak anda.

Ini bukanlah isu yang mudah ditangani - tidak untuk orang dewasa, apalagi untuk anak-anak. Namun mereka perlu dijelaskan, karena penderitaan adalah bagian dari dunia ini. Penulis buku ini mengatakan : "Penderitaan dalam segala hal adalah sulit, namun itu bukanlah sesuatu yang harus membuat anda malu. Pada kenyataannya, mereka yang menderita akan mendapatkan cara pandang terhadap kehidupan dan memberi penghargaan dan pujian pada Tuhan yang tidak dimiliki orang lainnya".